Masakan khas merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan identitas suatu negara. Meskipun terkesan hanya masakan, ternyata beberapa negara telah berperang untuk merebutkan asal masakan tradisional mereka.
Dalam hal masakan tradisional, para negara rela menyikut aliansinya untuk memperjuangkan masakan yang dianggap berasal dari negara mereka. Berikut beberapa pertengkaran negara-negara dalam memperebutkan masakan tradisional mereka:
1. Libanon dan Israel: perebutan hummus
Di tahun 2008, presiden Association of Lebanese Indutrialists meluncurkan gugatan pada Israel atas pelanggaran terhadap undang-undang hak cipta makanan.
Pemerintah Libanon juga melakukan petisi ke Uni Eropa untuk mengklasifikasikan hummus sebagai masakan Libanon. Negara ini telah memprotes tentang komersialisasi saus gurih ini, yang dikenal dengan nama mezze di Libanon, yang dilabeli 'masakan Israel' di toko-toko Barat.
Hummus sendiri diestimasikan telah terjual sebanyak US$ 1 miliar atau sekitar Rp 12,2 triliun per tahunnya, jelas hal ini lebih ke masalah finansial dibandingkan politik.
Hasilnya kedua negara ini membawa masalah hukum tersebut ke dapur. Pada Januari 2010 Israel memecahkan rekor piring hummus terbesar di dunia yang mencampurkan sekitar 4.082 kg bahan-bahannya.
Terkait pemecahan rekor ini, situasi semakin memanas dengan pembalasan dari 300 koki Libanon yang memecahkan rekor Guinness World Record pada Mei 2010 untuk piring hummus terbesar di dunia dengan berat 10.450 kg.
Pembalasan ini disambut Israel dengan menjual kartu pos di kios-kios wisatawan yang menyebutkan hummus adalah Cemilan Nasional Israel.
Kenyataannya tidak ada yang memenangkan pertarungan ini. Nyatanya hummus ditemukan pada masa Saladin, sultan di abad 12, jauh sebelum negara Israel dan Libanon berdiri.
2. Cile dan Peru: pertarungan kentang
Kedua negara ini tidak hanya mendebatkan hak penamaan pisco dan asal dari charango, Cile dan Peru juga bertengkar mengenai kentang.
Pertengkaran ini dimulai saat seorang profesor dari Austral University di Cile, Andres Contreras, mendaftarkan lebih dari 280 varian kentang dari sebuah pulau di selatan Cile berasal dari Cile. Pulau ini sendiri diidentifikasikan sebagai tempat kelahiran kentang dalam buku Pablo Neruda tahun 1955.
Di bulan Juni 2008, menteri agrikultur Cile, Marigen Hornkohl, memproklamasikan, “Sebanyak 99 persen kentang di dunia memiliki hubungan genetik dengan kentang dari Cile.”
Pernyataan ini sendiri dikonfirmasi oleh beberapa universitas yang menyatakan bahwa Cile adalah rumah dari kentang global dengan hubungan genetisnya sekitar 90 persen.
Namun, Peru merasa ada yang salah dengan pernyataan ini dan mengancam akan membawa masalah ini ke PBB. Karena bagi masyarakat Peru, kentang ditemukan oleh tentara Spanyol Kolonel Pizarro dan datang dari Andes di dekat danau Titicaca, di mana berlokasi di Peru.
Keadaan semakin memanas saat menteri luar negeri Peru Jose Antonio Garcia Belaunde secara bangga menyatakan bahwa kentang Peru telah menyelamatkan Eropa dari kelaparan.
Memperburuk keadaan, Bolivia bergabung dalam pertengkaran ini dan mengklaim telah menemukan jejak umbi yang lebih tua di wilayahnya.
Di Andes sendiri, kentang dirayakan dalam karnaval-karnaval yang diiringi musik dan tarian. Para masyarakat Peru sendiri meneriakan “La papa es Peruana” yang berarti, kentang adalah bagian dari Peru.
Suatu desa di daerah Cajamarca, Peru membawa terlalu jauh masalah ini saat menyelenggarakan festival melempar tomat La Tomatina di Spanyol. Mereka menggantikan tomat yang lebih lembut dan mudah hancur dengan kentang. Hasilnya puluhan orang terluka.
3. Malaysia dan Singapura: yee sang atau yusheng
Perseteruan antara Singapura dan Malaysia tidak hanya persoalan daratan dan perairan. Ada hal lain yang direbutkan yaitu yusheng di Singapura dan yee sang di Malaysia.
Masakan ini dibuat dari irisan ikan mentah dan sayuran yang biasanya disajikan pada Tahun Baru Imlek. Ini adalah makanan pembuka yang dianggap membawa keberuntungan.
Di tahun 2009 pemerintah Malaysia menjadikan yee sang sebagai masakan nasional. Sampai akhirnya satu orang memicu keributan.
Seorang profesor dari Singapura Tan Wee Cheng membuat halaman facebook pada 2010 untuk memasukan yusheng sebagai masakan nasional Singapura ke daftar warisan budaya UNESCO.
“Kami tidak dapat membiarkan negara lain mengambil masakan kami,” kata menteri pariwisata Malaysia Datuk Seri Dr Ng Yen Yen. Malaysia menuduh upaya Singapura ini sebagai pelanggaran hak secara sengaja.
Sama halnya dengan pertarungan kentang tadi, terdapat negara ke-3 yang tiba-tiba masuk ke perseteruan ini yaitu Jepang.
“Jika ada orang yang memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan budaya yee sang adalah Jepang, karena mereka telah mengkonsumsi ikan mentah berabad-abad yang lalu,” kolumnis asal Jepang Mei Shu Zhen mengusulkan.
Sulit untuk menentukan asal usul masakan ini, karena masakan ini berasal dari resep Kanton yang dipoles oleh Malaysia dan Singapura. Di mana kedua negara ini sama-sama pernah dijajah Cina dan Inggris. Sepertinya perseteruan ini akan memakan waktu yang cukup lama.
4. Australia dan Selandia Baru: cekcok pavlova
Asal usul makanan penutup yang berbahan dasar meringue dan ditutupi buah segara dan cream ini adalah ujung permasalahan antara Australia dan Selandia Baru.
Satu hal yang kita tahu makanan penutup yang meleleh di lidah ini mengambil nama penari balet Rusia Anna Pavlova, yang memberikan testimoni mengenai keringanan dan keanggunan makanan ini.
Permasalahannya adalah Pavlova melakukan tur ke dua negara ini, Australia dan Selandia Baru, di tahun 1920-an dan membuat kedua negara ini merebutkan asal usul negara ini sebagai kebanggaan nasional.
Saat perdana menteri Selandia Baru John Key terpilih di tahun 2008, salah satu tindakan pertamanya adalah menyatakan bahwa klaim pavlova milik Australia sangat tidak masuk akal.
Sedangkan di kamus nasional Australia, pavlova dideskripsikan sebagai makanan penutup terkenal Australia, yang dinamakan dari sifatnya yang lezat.
Namun seorang antropolog kuliner di Universitas Otago Selandia Baru, Helen Leach, mengumpulkan buku-buku masak yang berisi 667 resep pavlova dalam satu perpustakaan.
“Saya dapat menemukan minimal 21 resep pavlova di buku masak Selandia Baru pada tahun 1940, yang menjadi tahun pavlova versi Australia muncul,” ia menyimpulkan.
Untuk menantang warga Australia tentang asal masakan ini, mahasiswa Eastern Institute of Technology membuat pavlova terbesar di dunia sepanjang 64 meter di tahun 2005.
Pada tahun 2010 sebuah pavlova berukuran 50 meter persegi yang dibuat dengan 10 ribu putih telur dan lebih dari 600 kg gula dibuat di Christchurch. Katanya pavlova raksasa ini dapat memberi makan 10 ribu orang.
5. Yunani dan Uni Eropa: perang keju feta
Kasus perebutan asal keju feta ini telah membuat negara-negara Uni Eropa kesal selama 20 tahun. Permasalahan ini dimulai saat Yunani meminta feta menjadi produk nasional resmi dan ingin menggunakan hak eksklusif untuk label feta.
Negara pertama yang meributkan hal ini adalah Denmark, negara produsen feta terbesar ke-2 di Eropa. Bulgaria juga ikut serta mengklaim feta. Keju ini digunakan untuk salad mereka yang populer, Shopska.
Maka dari itu sebagai pembelaan mereka, pemerintah Denmark dan Jerman berargumentasi bahwa feta adalah produk yang umum dan tidak bisa dispesifikkan ke area geografis tertentu. Denmark sendiri telah memproduksi feta sejak tahun 1963, Belanda sejak 1981, dan Jerman sejak 1985.
Masalah ini akhirnya menjadi masalah kebanggaan dan budaya nasional. Menteri Agrikultur Yunani Giorgos Drys mendeklarasikan kebijakan feta yang tanpa ampun di tahun 2003. Saat itu pengiriman barang yang berisi keju feta dari Yunani ditemukan di Norwegia.
Akhirnya setelah berdebat lebih dari satu dekade, pengadilan UE memberikan keputusannya. Sejak tahun 2002, feta merupakan produk resmi Yunani. Beberapa tahun kemudian di tahun 2005, pengadilan memberikan hak monopoli kepada Yunani atas nama UE.
Feta sendiri diproduksi secara tradisional di suatu area di Yunani, yaitu di daratan dan kepulauan Lesbos. Keju ini harus dibuat dari susu domba atau campuran dari susu kambing dan domba di area yang sama. Selain itu juga harus dikemas di dalam tong barel dan disimpan selama dua bulan.
Pada tahun 2013, masalah ini kembali muncul saat negosiasi perdagangan antara Kanada dengan UE, yang akhirnya menandatangani perjanjian setelah empat tahun bernegosiasi. Saat ini produsen Kanada harus melabeli keju dengan rasa yang tajam mereka dengan 'feta-style'.
6. Korea Selatan dan Jepang: konflik kimchi
Ternyata masakan pedas yang dibuat dari sayur-sayuran yang dijadikan acar dan dicampur dengan jahe, cabai merah, dan bawang putih ini membuat kedua negara ini berseteru.
Perseteruan ini muncul pada tahun 1996 saat Jepang mengajukan kimchi Jepang mereka bernama kimuchi pada Olimpiade makanan di Atlanta. Kimchi versi Jepang ini dibuat agar lebih sesuai dengan cita rasa Jepang, tidak terlalu pedas dan tambahan perasa buatan.
Hal ini membuat Korea khawatir dengan banyaknya ekspor kimuchi ke negara mereka yang lebih murah dari produksi lokal.
Sebagai perlawanan, Korea melakukan petisi pada WHO dan komisi Codex Alimentarius dari Food and Agriculture Organization untuk membuat standar internasional untuk kimchi. Jepang melawan dengan menyatakan tindakan tersebut sebagai monopoli kimchi.
Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak menyatakan hal ini sebagai tindakan gastrodiplomasi, yang menunjukkan bahwa kimchi adalah simbol nasional Korea.
“Rasa kimchi adalah rasa dari jari-jari ibu Anda,” perkataan yang biasa disebutkan oleh orang Korea. Tidak hanya itu Korea bahkan meluncurkan kimchi ke luar angkasa dengan astronot Korea di tahun 2008 untuk mempromosikan kedaulatan kimchi.
“Jika orang Korea ke luar angkasa, maka kimchi juga harus ke sana,” kata peneliti Korea Food Research Institute Kim Sung Soo.
Di tahun 2013, UNESCO memasukan Kimjang atau cara pembuatan kimchi di Korea Selatan sebagai warisan budaya manusia. Bahkan Korea membuat film tentang kimchi, Le Grand Chef – Kimchi War yang ditayangkan di Amerika Serikat.
Di ibukota sendiri, Seoul, terdapat Museum Ladang Kimchi. Sebagai upaya untuk mengglobalisasikan kimchi sebagai makanan khas Korea, masyarakat telah membuat fasilitas-fasilitas penelitian untuk mengembangkan pengetahuan lebih dalam soal kimchi dan studi tentang kimchi.
7. Slovenia dan Austria: argumen sosis babi
“Hukum sama seperti sosis, lebih baik tidak melihat bagaimana mereka dibuat,” kata pemimpin Jerman Otto von Bismarck. Namun ia tidak menuliskan peraturan mengenai sosis, apalagi jika negara lain mencuri resepnya.
Pertarungan ini melibatkan masakan pedas yang disebut Kranjska Klobasa di Slovenia dan Krainerwurst di Austria. Sosis ini terbuat dari daging babi cincang yang dibumbui dengan bawang putih dan merica.
Perseteruan diplomatis kedua negara ini mencuat saat Slovenia berusaha mendapatkan status untuk melindungi asal usul geografis sosis krainer. Diklaim bahwa sosis ini ditemukan di kawasan Kranjska di sebelah utara Slovenia pada abad ke-19.
Wina berargumentasi bahwa masakan ini pertama kali dibuat di Austria dengan nama kaesekrainer. “Kami tidak akan membiarkan siapapun menyanggah bahwa kami pembuat krainer,” kata Menteri Agrikultur Austria Niki Berlakovich.
Kamar Dagang Austria, Kantor Paten, dan Kementerian Agrikultur Austria bergabung bersama-sama untuk menuntut Slovenia. Hanya orang berani, atau hanya Slovenia yang berani berulah dengan para orang Austria jika berkaitan dengan sosis.
Vienna memiliki segala jenis sosis dari sosis frankfuter, burrenwurst, bosna, dan sosis-sosis lainnya.
Orang Austria sendiri mengonsumsi rata-rata lebih dari satu kilo sosis per kapita per bulannya. Debat sosis ini juga membuat perseteruan di antara pengguna situs. “Jangan mengulang konflik Balkan karena ini,” tulis salah satu pengguna internet.
“Mereka berdua sama-sama salah! Semua orang tahu bahwa sosis terbaik berasal dari Wisconsin, AS,” seru yang lainnya.
Akhirnya kasus ini berakhir di bulan Juni 2012, Austria dan Slovenia bersama-sama menyetujui produk mereka masing-masing. Slovenia menyatakan akan mendaftarkan produknya ke UE dan juga menyetujui produsen Austria untuk tetap menjual sosis versi mereka.
8. Indonesia dan Malaysia: klaim rendang
Makanan daging dengan cita rasa pedas ini adalah pengolahan dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Berdasarkan jajak pendapat laman CNNGo rendang bahkan dikukuhkan sebagai makanan terlezat dunia nomor satu.
Di Indonesia asal-usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat suku Minang, rendang telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian.
Perlu proses memasak sampai berjam-jam untuk menghasilkan sajian rendang yang sempurna, berwarna hitam pekat.
Di kala orang Indonesia telah menghayati hidangan yang ada di setiap Rumah Makan Padang di seluruh dunia tersebut, rendang diklaim pula oleh Malaysia. Rendang sempat tercatat di dalam Akta Warisan Kebangsaan Budaya Malaysia.
Memang kondisi geografis antara Indonesia dan Malaysia yang bertetangga memungkinkan terjadi pertukaran cita rasa kuliner tersebut. Ciri utama masakan masakan tradisional Melayu adalah penggunaan rempah-rempah berlimpah, serta santan untuk menghasilkan makanan berlemak dan pekat.
Seni memasak rendang lahir sejak orang Minang menggelar adat pertamanya, kemudian berkembang ke kawasan rantau berbudaya Melayu lain. Dari Mandailing, Riau, Jambi, sampai di Negeri Sembilan daerah yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau.
Itu sebabnya rendang dikenal luas dari Sumatera sampai Semenanjung Malaya. Kita bersyukur karena konflik rendang ini tidak berlarut-larut memecah belah ke dua negara serumpun ini.
Pada 2010 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendaftarkan rendang sebagai makanan khas tradisional dari Sumatera Barat ke UNESCO. Ini adalah upaya untuk melindungi warisan kuliner Indonesia.
Karina Armadani
sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141007123026-262-5543/tatkala-asal-usul-makanan-diperebutkan, akses tgl 09/09/2020.
Post A Comment: