Biasanya, ibu yang bekerja akan menyimpan ASI-nya ke dalam freezer. Karena itu, ibu perlu tahu bagaimana cara penyimpanan ASI perah yang benar.
Air susu ibu (ASI) direkomendasikan untuk diberikan secara eksklusif pada bayi berusia 0 hingga 6 bulan.
Biasanya, para ibu memberikan ASI-nya secara langsung atau yang dikenal dengan direct breastfeeding. Namun, banyak juga yang memilih untuk memompa ASI dan memberikannya secara tidak langsung.
Kembali bekerja setelah cuti melahirkan adalah salah satu alasan tersering mengapa para ibu memompa ASI-nya. Namun, bagaimana cara penyimpanan ASI perah yang benar agar tidak rusak? Apa yang dapat terjadi bila ASI perah tidak disimpan dengan benar?
Gizi ASI Rusak, Apa Dampaknya?
Sebelum membahas cara penyimpanan ASI perah, Anda perlu tahu terlebih dahulu mengapa ASI perah tidak boleh langsung disimpan di freezer.
Perubahan suhu ASI perah secara tiba-tiba dapat menyebabkan kandungan gizi di dalamnya rusak. Itu sebabnya mengapa setelah diperah, ASI tak boleh langsung disimpan di freezer. Demikian juga saat akan mencairkan ASI perah, sebaiknya ASI beku tak langsung dikeluarkan dan dicairkan di suhu ruang biasa.
ASI perah yang tidak disimpan dengan benar dapat terkontaminasi bakteri, virus, atau bahkan parasit yang bisa membuat bayi sakit.
Selain itu, ASI tersebut bisa “gagal” memenuhi kebutuhan nutrisi yang sangat dibutuhkan bayi dalam proses tumbuh kembangnya.
Cara Menyimpan ASI yang Benar
Untuk penyimpanan ASI yang dipompa, terdapat beberapa cara tergantung kapan Anda ingin memberikan ASI tersebut kepada si Kecil. ASI yang baru selesai dipompa dapat dibiarkan sebentar pada suhu ruang apabila Anda berencana memberikannya kepada bayi, atau disimpan.
Pada suhu ruang hingga 25 derajat Celsius, ASI dapat digunakan dengan aman hingga 4 jam setelah dipompa. Apabila disimpan di dalam lemari pendingin, daya tahan ASI perah berkisar selama 4-5 hari.
Sedangkan bila disimpan dengan menggunakan cooler box, ASI dapat bertahan hingga 24 jam. Bila disimpan di dalam freezer (suhu di bawah 0 derajat Celsius), ASI dapat bertahan selama 6-12 bulan.
Sedangkan untuk ASI yang sudah dicairkan, terdapat beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Bila ASI yang sudah dicairkan didiamkan pada suhu ruangan, ASI dapat bertahan sekitar 1-2 jam. Untuk ASI yang sudah dicairkan dan diletakkan di lemari pendingin, ASI ini dapat bertahan hingga 24 jam.
Namun, apabila sudah dicairkan, janganlah membekukan ASI tersebut kembali. Perlu diingat juga bagaimanapun cara Anda menyimpan ASI, Anda harus membuang ASI tersebut bila ada sisa setelah digunakan dan lebih dari dua jam setelah dikonsumsi bayi Anda.
Sebelum Anda menangani ASI yang dipompa, sebaiknya cuci tangan dahulu dengan sabun dan air hangat. Bila tidak ada sabun, gunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60 persen. Lakukan hal ini sebelum dan setelah memompa.
Selalu bekukan ASI bila Anda tidak ingin langsung memberikannya kepada bayi Anda. Cobalah untuk membekukan dalam jumlah yang kecil agar ASI tidak terbuang bila bayi Anda tidak dapat menyelesaikannya. Jangan lupa untuk selalu menggunakan tempat penyimpanan khusus ASI seperti kantong ASI atau botol kaca untuk ASI yang bersih.
ASI direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi. Salah satu cara untuk dapat tetap memberikan ASI kepada bayi apabila ibu ada halangan adalah dengan dipompa. Selalu perhatikan cara persiapan, penyimpanan, dan pencairan ASI yang benar agar ASI tidak terkontaminasi dan tidak rusak gizinya.
sumber ; https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2922469/alasan-mengapa-asi-perah-tak-boleh-langsung-disimpan-di-freezer, akses tgl 25/12/2021.
Post A Comment: