Diet yang tepat amat diperlukan untuk menentukan keberhasilan penanganan obesitas. Selain memperhatikan pola makan, obesitas dapat diatasi dengan latihan fisik, modifikasi gaya hidup, dan pendekatan medis.


Kesadaran untuk mengatasi obesitas sebaiknya tidak hanya karena alasan penampilan, tetapi juga mencegah berbagai masalah kesehatan yang bisa ditimbulkan. Obesitas merupakan faktor risiko dari penyakit tidak menular, seperti jantung, diabetes, dan penyakit ginjal.

Selain itu, obesitas dilaporkan menjadi faktor risiko penyebab kematian kelima tertinggi. Pada tahun 2017 tercatat bahwa obesitas berkontribusi 7,67 persen dari total DALYs (disability adjusted life year) atau tahun yang hilang untuk hidup sehat karena kematian dini, penyakit, atau disabilitas.

Karena itu, obesitas perlu menjadi perhatian serius bagi masyarakat. Obesitas bukan hanya sekadar kelebihan berat badan, melainkan merupakan kelainan atau penyakit. Orang yang mengalami obesitas ditandai dengan adanya penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.

Penyakit ini telah menjadi beban di tingkat global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada 2016, lebih dari 1,9 miliar orang usia lebih dari 18 tahun memiliki berat badan berlebihan. Sebanyak 650 juta di antaranya mengalami obesitas. Sementara di Indonesia, pada 2018 tercatat prevalensi obesitas usia lebih dari 18 tahun sebesar 21,8 persen.

Jumlah ini meningkat dari sebelumnya, yakni 11,7 persen pada 2010 dan 15,4 persen pada 2013. Tanpa kesadaran untuk mengendalikan penyakit ini diperkirakan jumlah orang yang mengalami obesitas akan terus meningkat. Hasil dari The European Congress on Obesity pada 2018 memprediksi sebanyak 22 persen masyarakat dunia akan mengalami obesitas pada 2045.


Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia (DPP Persagi) Rudatin mengatakan, obesitas juga telah dilaporkan sebagai faktor risiko klinis dari kondisi keparahan dan mortalitas pada pasien Covid-19. Pembentukan sistem imun tubuh pun dapat mengalami gangguan pada orang dengan obesitas.

”Mencegah agar jangan sampai mengalami obesitas merupakan langkah yang paling tepat. Dengan mengonsumsi gizi seimbang, itu bisa menjadi cara untuk mempertahankan status gizi normal agar tidak kurang gizi ataupun berlebihan,” tuturnya dalam acara peringatan Hari Obesitas Sedunia di Jakarta, Rabu (2/3/2022). Hari Obesitas Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Maret.

Pola makan

Rudatin menyampaikan, tata laksana yang tepat perlu diberikan pada orang yang sudah mengalami masalah gizi. Pada orang dengan obesitas, tata laksana khusus yang harus diperhatikan, yakni terkait diet, latihan fisik, modifikasi perilaku, dan pendekatan medis.

Menurut Rudatin, penerapan diet yang tepat amat penting untuk menangani obesitas yang dialami seseorang. Pada dasarnya tips pola makan yang harus diperhatikan pada orang dengan obesitas, yakni tetap membiasakan sarapan, memenuhi kebutuhan karbohidrat yang cukup, memenuhi kebutuhan protein, konsumsi sayur dan buah, cukup minum air putih, dan selalu perhatikan label pangan.

Pola makan pun harus diatur, terutama dalam hal jumlah, jenis, dan jadwal. Orang yang ingin menurunkan berat badan juga harus hati-hati dalam mengikuti tren diet. Pemilihan diet sebaiknya dilakukan dengan konsultasi dokter atau ahli gizi.

”Diet itu sifatnya personal tidak bisa disamaratakan antarsatu orang dengan orang lain. Perlu diperhatikan juga soal jangka waktu diet dan efek dari ketergantungan. Jangan sampai diet yang dilakukan justru membuat kekurangan gizi atau malah tidak memberikan hasil yang optimal,” kata Rudatin.

Dalam menentukan diet sehat dan seimbang, disarankan untuk mengetahui dan menghitung kebutuhan gizi harian yang diperlukan. Setelah itu, kenali dan ketahui pula nilai kalori dari setiap makanan yang akan dikonsumsi. Porsi makan pun dapat dibatasi agar kalori dari makanan yang dikonsumsi tak lebih dari kebutuhan gizi harian.

"Diet itu sifatnya personal tidak bisa disamaratakan antarsatu orang dengan orang lain. Perlu diperhatikan juga soal jangka waktu diet dan efek dari ketergantungan. Jangan sampai diet yang dilakukan justru membuat kekurangan gizi atau malah tidak memberikan hasil yang optimal."

Dalam menghitung kalori dalam makanan, perlu diperhatikan cara pengolahan dari makanan tersebut. Kalori dari makanan sumber karbohidrat bisa meningkat 20-40 persen dari proses pengolahan tertentu. Itu seperti makanan yang dilapisi tepung yang diolah dengan cara digoreng dalam minyak yang banyak (deep frying). Selain itu, makanan yang dikonsumsi dengan tambahan isian ataupun tambahan (topping) juga dapat meningkatkan jumlah kalori.

Sebagai contoh, bubur ayam dalam porsi mangkok biasa memiliki total kalori sekitar 330 kalori (kcal). Sementara nasi goreng dengan telur mata sapi memiliki total kalori sekitar 439 kalori. Satu gorengan tahu isi mengandung 130 kalori.

Rudatin mengatakan, pola diet bisa dilakukan dengan menerapkan piring model T dalam setiap kali makan. Caranya dengan membatasi hanya satu jenis makanan yang boleh digoreng. Selain itu, pastikan sayur dan buah memiliki proporsi dalam piring sebesar 50 persen, protein 25 persen, dan karbohidrat 25 persen. Batasi pula konsumsi gula, garam, dan minyak.

”Jangan lupa untuk tetap melakukan aktivitas fisik secara teratur setidaknya tiga sampai lima kali dalam seminggu dengan waktu 10-45 menit dalam sehari. Pembatasan kalori yang dikombinasi dengan latihan fisik dapat semakin mengoptimalkan penurunan berat badan,” tuturnya.

Diet pada anak

Anggota Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Winra Pratita, menuturkan, pengaturan diet juga perlu diterapkan untuk mengatasi anak yang mengalami obesitas. Pemberian diet seimbang sesuai kebutuhan harian merupakan prinsip pengaturan diet bagi anak gemuk yang masih bertumbuh dan berkembang.

Pola makan harus terjadwal dengan pola makan besar sebanyak tiga kali per hari dengan camilan dua kali sehari dan terjadwal. Camilan yang diberikan sebaiknya diutamakan dalam bentuk buah segar. Air putih juga perlu diberikan di sela jadwal makan utama dan camilan. Pemberian makan disesuaikan dengan kebutuhan kalori harian dari anak.

”Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal. Pengurangan kalori berkisar 200-500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan sekitar 0,5 kilogram per minggu,” tutur Winra.

Dalam pengaturan diet pada anak perlu pula membagi tiga kelompok makanan yang akan dikonsumsi, yakni kelompok makanan hijau, kuning, dan merah. Kelompok makanan hijau yakni yang bisa dikonsumsi setiap hari. Sementara makanan kuning hanya boleh dikonsumsi dalam porsi kecil untuk tidak dikonsumsi setiap hari dan makanan merah hanya boleh dikonsumsi sekali dalam seminggu. Pengelompokan ini didasarkan pada kandungan yang dapat menyebabkan obesitas.

Adapun makanan yang termasuk dalam kelompok hijau meliputi, antara lain, yoghurt rendah lemak, roti lapis gandum, bubur, buah dan sayur, daging tanpa lemak, serta ayam tanpa kulit. Makanan dalam kelompok kuning, antara lain daging, sereal olahan, keju, dan biskuit manis. Adapun makanan dalam kelompok merah seperti kentang goreng, sosis, keripik kentang, kue cokelat, dan minuman bersoda.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Elvieda Sariwati memaparkan, pemerintah telah menyiapkan dua strategi untuk mencegah dan mengelola obesitas. Upaya pencegahan difokuskan pada kelompok masyarakat yang sehat dengan menyediakan lingkungan kondusif seperti sarana olahraga, edukasi gaya hidup sehat, deteksi dini, dan konseling.

Strategi pengelolaan obesitas akan diterapkan pada populasi dengan obesitas. Itu antara lain dengan memberikan terapi obesitas, seperti diet, latihan fisik, modifikasi perilaku, dan pendekatan medis. Jika perlu, bisa dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

”Pemerintah juga telah meluncurkan aplikasi Carta Obesitas yang bisa dimanfaatkan untuk memantau berat badan secara berkala. Carta Obesitas ini bisa digunakan untuk melihat apakah seseorang mengalami obesitas, gemuk, normal, atau kurus,” kata Elvieda.


Oleh: DEONISIA ARLINTA
sumber : https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2022/03/03/diet-tepat-atasi-obesitas, akses tgl 04/02/2022.

Axact

PERSAGI Bandung

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment: