Makanan yang dimasak menggunakan arang atau kayu bakar memiliki citarasa dan aroma yang khas, berbeda dengan makanan yang dimasak menggunakan kompor. Citarasa dan aroma khas inilah yang disukai banyak orang. Lebih wangi, dan disebut lebih menggoda selera makan. Itulah sebabnya, banyak masyarakat urban yang gemar kembali ke desa-desa, berwisata ke kampung-kampung yang masih alami.
Selain untuk mencari hijau persawahan, mereka juga mencari hidangan-hidangan lokal yang masih diolah dengan cara tradisional yaitu menggunakan kayu bakar.
Plus minus masak menggunakan kayu bakar
Jika berbicara soal durasi, masak menggunakan kayu bakar memiliki durasi terpanjang. Dan memasak menggunakan kompor, baik gas atau listrik, memiliki durasi lebih singkat atau lebih cepat. Durasi panjang memasak menggunakan kayu bakar ini dihitung dari awal membuat api hingga kayu bisa terbakar sampai bara bisa tercipta. Ketika kita memasak menggunakan kompor gas, kita tak perlu melalui kerepotan ini.
Itulah sebabnya, masyarakat urban beralih ke kompor demi penghematan waktu. Juga demi kepraktisan tentu saja.
Karena memasak menggunakan kayu bakar tentu saja harus repot untuk selalu menyimpan stok kayu atau arang yang siap dibakar. Kayu dari pepohonan yang masih basah tak langsung bisa digunakan. Kayu harus dijemur dahulu di bawah sinar matahari agar kering dan kandungan airnya hilang.
Selain itu, memasak menggunakan kayu bakar juga berpotensi mengotori dapur. Tentu saja, dapur ala bangunan-bangunan modern akan sayang jika dikotori oleh limbah pembakaran menggunakan kayu atau arang.
Meski repot dan berisiko mengotori lantai dapur dan juga perkakas masak, namun pengolahan sajian menggunakan kayu bakar tentu saja lebih hemat pundi-pundi.
Dilansir dari Opera News, memasak menggunakan kayu bakar cocok untuk pengolahan sajian dalam jumlah besar, semisal untuk acara perkawinan. Karena tungku kayu bakar biasanya berukuran besar, maka perkakas masak yang bisa ditumpangkan di atasnya pun bisa berukuran besar.
Kenapa masak pakai kayu bakar lebih enak
Mengapa sajian yang dimasak di atas kayu bakar terasa lebih istimewa? Ternyata faktor utamanya ada di bumbu uniknya, yaitu asap pembakarannya.
Ketika kayu terbakar, ada asap bakaran kayu yang mengepul keluar. Asap ini akan masuk ke dalam panci atau wajan dan bercampur dengan makanan yang tengah dididihkan. Di sinilah aroma dari masakan akan bercampur dengan aroma asap bakaran kayu yang khas, dan menciptakan satu aroma baru yang tak bisa didapatkan jika kita memasak menggunakan kompor gas.
Dilansir dari Taste of Home, pembakaran menggunakan kayu bakar atau arang bisa mencapai suhu sangat tinggi, lebih tinggi dari suhu api di kompor gas. Ketika dipanaskan dalam suhu sangat tinggi, maka makanan berisiko meluap. Tetesan kaldu dari daging bakaran, atau luapan kuah sajian, akan jatuh mengenai bara api. Percikan makanan ini akan terbakar di bara api dan mengeluarkan asap bakaran khas yang akan naik dan kembali "membumbui" sajian.
Aroma khas asap bakaran ini bervariasi, tergantung kayu yang digunakan. Karena kayu buah-buahan tentu saja mengandung senyawa berbeda dengan kayu tanaman hias. Ketika terbakar api, senyawa-senyawa unik ini akan mengeluarkan aroma sendiri-sendiri.
Kayu untuk memanggang pizza ala tradisional biasanya menggunakan kayu oak, maple, atau kayu tanaman buah-buahan tertentu. Ketika kita memanggang pizza dengan kayu yang tak tepat, maka citarasa pizza bisa kurang sempurna.
Karena beberapa jenis kayu tak bisa mencapai suhu tinggi, sehingga adonan pizza pun tak akan kering sempurna namun bantat atau mengandung kelembaban tinggi. Atau, beberapa senyawa di dalam kayu akan meracuni pizza dengan aroma pahit getir yang mengganggu.
Editor : Inten Esti Pratiwi
sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/20/173000865/mengapa-sajian-yang-dimasak-dengan-kayu-bakar-terasa-lebih-lezat-?page=all, akses tgl 10/03/2022.
Post A Comment: