Menyusui tak hanya bermanfaat bagi kesehatan bayi, tapi juga bagi ibu. Selain mempercepat penurunan berat badan dan pemulihan setelah melahirkan, menyusui menurunkan risiko ibu mengalami diabetes tipe 2.
Menyusui diketahui memberikan nutrisi terbaik bagi bayi. Ternyata manfaatnya tidak hanya bagi bayi. Menyusui memicu perubahan metabolisme yang dapat membantu melindungi ibu terhadap diabetes tipe 2 dalam jangka waktu lama setelah berhenti menyusui.
Hal itu juga berlaku bagi ibu yang mengalami diabetes gestasional atau diabetes di masa kehamilan. Menyusui mengurangi kemungkinan perempuan mengalami diabetes tipe 2 dalam jangka panjang.
Selain menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2, menyusui dapat menurunkan risiko ibu menderita tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker ovarium, osteoporosis, dan radang sendi. Menyusui juga membantu menurunkan berat badan yang didapat selama kehamilan dan pulih dari persalinan lebih cepat.
Perubahan dalam tubuh selama kehamilan, termasuk perubahan hormonal, bisa menyebabkan resistensi insulin. Hal itu menyebabkan hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi dan peningkatan sekresi insulin. Menyusui menurunkan kadar trigliserida dan glukosa yang bersirkulasi dalam darah.
Sekitar 5-9 persen wanita hamil bisa mengalami kondisi hiperglikemia meski mereka tidak menderita diabetes sebelum kehamilan. Kondisi ini, yang disebut diabetes gestasional, secara drastis meningkatkan risiko wanita terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Pada diabetes tipe 2, sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang memberi sinyal sel untuk mengambil glukosa dari darah untuk diubah menjadi energi. Jika tidak diobati, kadar gula darah dapat melonjak dan dalam jangka panjang menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, dan amputasi.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Erica P Gunderson dari Divisi Riset Kaiser Permanente Amerika Serikat (AS), dibiayai Lembaga Kesehatan Nasional (NIH) dan lembaga lain membuktikan bahwa menyusui mampu mencegah kejadian diabetes tipe 2 setelah ibu mengalami diabetes gestasional.
Menurunkan risiko
Penelitian melibatkan 1.035 perempuan beragam etnis yang didiagnosis diabetes gestasional dan melahirkan pada tahun 2008 hingga 2011. Peneliti menilai intensitas dan durasi laktasi (menyusui) peserta menggunakan buku harian, lewat telepon, pemeriksaan langsung, dan kuesioner bulanan yang dikirim melalui pos. Para peneliti menguji toleransi glukosa 6-9 minggu setelah melahirkan dan selanjutnya sekali setahun selama 2 tahun. Hasilnya dilaporkan di Annals of Internal Medicine secara daring pada 24 November 2015.
Selama 2 tahun masa pemantauan didapatkan, 113 dari 1.010 perempuan yang tidak menderita diabetes pada awal penelitian (11,8 persen) kemudian mengalami diabetes tipe 2. Setelah memperhitungkan perbedaan usia, ukuran tubuh sebelum hamil, dan faktor risiko lain, para peneliti memperkirakan bahwa ibu yang menyusui secara eksklusif atau menyusui dikombinasi pemberian susu formula, maka risiko diabetes tipe 2 berkurang 50 persen dibandingkan mereka yang tidak menyusui.
Menyusui lebih dari 2 bulan menurunkan risiko diabetes tipe 2 hampir setengahnya. Sedangkan menyusui lebih dari 5 bulan menurunkan risiko lebih dari setengahnya.
Gunderson dan kolega juga meneliti efek menyusui pada perempuan usia subur selama 30 tahun dan menerbitkan di JAMA Internal Medicine, 16 Januari 2018.
Penelitian kohort prospektif itu dilakukan sepanjang 1986-2016. Merekrut 1.238 perempuan menggunakan data penelitian Pengembangan Risiko Arteri Koroner pada Dewasa Muda (Coronary Artery Risk Development in Young Adults/CARDIA) pada penduduk AS. Para peserta berkulit hitam dan putih, berusia antara 18-30 tahun, dan tidak memiliki diagnosis diabetes pada awal penelitian (1985-1986).
Pemeriksaan dilakukan tujuh kali sepanjang peserta melahirkan anak sejak pra-kehamilan hingga pasca-penyapihan. Yang dinilai adalah durasi laktasi yang dilaporkan dan apakah terjadi diabetes selama penelitian 30 tahun.
Pada peserta, diketahui ada 26 persen tidak menyusui, 33,8 persen menyusui hingga enam bulan, 21,6 persen menyusui selama lebih dari enam bulan tetapi kurang dari setahun, dan 21,6 persen menyusui selama 12 bulan atau lebih.
Selama penelitian, ada 182 peserta mengalami diabetes tipe 2. Kasus diabetes pada perempuan kulit hitam lebih banyak dibandingkan perempuan kulit putih. Penyebabnya, mereka memiliki indeks massa tubuh (BMI), kadar glukosa darah dan trigliserida lebih tinggi. Di sisi lain, aktivitas fisiknya lebih rendah dan pola makannya buruk.
Diabetes gestasional dilaporkan pada 155 perempuan. Prevalensi diabetesnya lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami diabetes di masa kehamilan.
Mereka yang menyusui selama enam bulan atau kurang, risiko mengalami diabetes tipe 2 berkurang 25 persen. Sementara, yang menyusui selama enam bulan atau lebih, risiko diabetesnya menurun hingga 47 persen.
Didapatkan, lama menyusui berbanding terbalik dengan kejadian diabetes. Mereka yang menyusui selama enam bulan atau kurang, risiko mengalami diabetes tipe 2 berkurang 25 persen. Sementara, yang menyusui selama enam bulan atau lebih, risiko diabetesnya menurun hingga 47 persen.
Sel beta pankreas
Penelitian lain yang diterbitkan di Science Translational Medicine, 29 April 2020, menguatkan bukti perlindungan menyusui terhadap diabetes tipe 2. Joon Ho Moon dari Sekolah Pascasarjana Ilmu dan Teknik Kedokteran, Institut Sains dan Teknologi Korea dan kolega mengidentifikasi efek menguntungkan jangka panjang dari laktasi pada fungsi sel beta pankreas yang berlangsung selama beberapa tahun setelah berhenti menyusui.
Sebagaimana diketahui, sel beta pankreas berfungsi memproduksi dan mengeluarkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengikat glukosa dari darah untuk dibawa ke berbagai jaringan tubuh agar bisa digunakan sebagai energi.
Pankreas mengeluarkan insulin untuk menurunkan glukosa darah saat kadarnya tinggi. Kelebihan glukosa dalam tubuh disimpan sebagai glikogen di jaringan otot dan hati. Glikogen merupakan cadangan energi. Saat tubuh membutuhkan energi atau kadar glukosa darah terlalu rendah, pankreas akan mengeluarkan hormon glukagon untuk meningkatkan glukosa dengan cara memecah glikogen.
Pankreas berukuran 12-18 cm dan terletak di rongga perut bagian belakang. Selain memproduksi hormon, pankreas juga memproduksi sejumlah enzim untuk membantu mencerna makanan.
Penelitian Moon dan kolega melibatkan 85 perempuan yang menyusui dan 99 perempuan yang tidak menyusui. Kedua kelompok memiliki banyak kondisi serupa dalam hal risiko mengalami diabetes tipe 2. Yakni, jumlah kehamilan sebelumnya, usia, berat badan sebelum hamil, kadar gula darah dan toleransi glukosa selama kehamilan, serta kebiasaan olahraga.
Hasil penelitian, dua bulan setelah melahirkan kedua kelompok perempuan masih memiliki toleransi glukosa yang sama. Yakni, ukuran seberapa mudah tubuh mengubah glukosa darah menjadi energi.
Namun, setelah masa pemantauan rata-rata 3,6 tahun, kedua kelompok jauh berbeda. Ibu yang menyusui bayinya memiliki toleransi glukosa lebih baik dan sensitivitas insulin lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak menyusui sama sekali.
Untuk lebih memahami apa yang meningkatkan toleransi glukosa dan sensitivitas insulin pada perempuan yang menyusui bayinya, peneliti menguji efek menyusui pada tikus.
Tikus biasanya menyapih anak-anaknya setelah sekitar tiga minggu. Pemeriksaan pada tiga minggu setelah melahirkan, tikus yang menyusui memiliki lebih banyak sel beta dan produksi insulin yang lebih tinggi daripada tikus yang diberi perlakuan untuk mencegah menyusui. Hingga satu bulan setelah menyapih, tikus yang menyusui masih memproduksi insulin lebih tinggi.
Percobaan pada hewan itu menunjukkan, hormon prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari untuk merangsang produksi air susu ibu (ASI) menginduksi produksi serotonin di sel beta pankreas. Serotonin kemudian merangsang proliferasi sel beta, sehingga lebih banyak sel beta tumbuh.
Bertambahnya jumlah sel beta meningkatkan kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin yang dibutuhkan untuk membawa nutrisi ke kelenjar susu. Selain itu, serotonin bertindak sebagai antioksidan untuk mengurangi stres oksidatif dan meningkatkan kelangsungan hidup sel beta.
Manfaat bagi bayi
Mendapatkan ASI juga mencegah kejadian diabetes pada bayi saat dewasa. Laman American Diabetes Association menyebutkan, bayi yang disusui memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes tipe 1 atau memiliki kelebihan berat badan dan obesitas di kemudian hari yang merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Mereka juga cenderung tidak memiliki asma, eksim, penyakit pernapasan, infeksi telinga, dan masalah kesehatan serius lain.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, di mana ibu menyusui sebagai satu-satunya sumber nutrisi untuk bayi. Hal itu diyakini membantu mengurangi kesakitan dan kematian pada anak.
Penelitian Carla Bruna Pietrobon dari Universitas Negeri Rio de Janeiro dan kolega dari sejumlah universitas di Brazil di The Journal of Physiology yang dipublikasi daring 11 Desember 2019, pada tikus di laboratorium menunjukkan, penyapihan dini menyebabkan obesitas dan diabetes jangka pendek dan jangka panjang pada anak tikus.
Tikus jantan yang disapih lebih awal mengalami peningkatan sekresi insulin saat remaja dan penurunan sekresi insulin saat dewasa. Tikus jantan remaja yang disapih lebih awal menunjukkan resistensi insulin pada otot rangka, tidak pada tikus remaja betina.
Namun, saat dewasa kedua jenis kelamin sama-sama menunjukkan gangguan sekresi insulin. Tikus yang disapih dini juga lebih gemuk dengan jumlah lemak perut lebih tinggi dibandingkan tikus yang disapih normal, setelah tiga minggu.
Meski demikian, bukan hanya tidak menyusui yang dapat memicu diabetes tipe 2. Pola makan buruk juga merupakan faktor risiko penting untuk diabetes tipe 2.
Karena itu, penting memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Kunci pencegahan diabetes adalah mengonsumsi makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan cukup beraktivitas. Secara umum, makanan utuh yang tidak diproses termasuk sayuran, buah, dan biji-bijian, memiliki indeks glikemik lebih rendah daripada makanan yang diproses seperti keripik kentang, kue, dan kukis.
sumber : https://www.kompas.id/baca/ilmiah-populer/2022/02/15/menyusui-bantu-cegah-diabetes, akses tgl 19/02/2022.
Post A Comment: