Pada prinsipnya, diet untuk menurunkan berat badan dilakukan dengan mengurangi kalori dari makanan tetapi tetap dengan kandungan gizi seimbang. Kalori yang bisa mulai dikurangi yaitu dari konsumsi lemak jenuh.
Memiliki tubuh dengan berat badan ideal menjadi impian sebagian besar orang. Beragam alternatif diet untuk menurunkan berat badan pun dicoba. Tidak sedikit yang akhirnya memilih cara diet yang instan dengan target penurunan berat badan yang ekstrem.
Apapun dilakukan agar cepat kurus, sekalipun itu harus menyiksa diri. Namun, apakah baik menjalankan diet yang bisa menurunkan berat badan sampai puluhan kilogram dalam waktu singkat? Lantas, apakah ada dampak jika melakukan diet yang salah?
Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan diet yang dijalankan oleh artis Tya Ariestya. Lewat buku berjudul The Journey of #FitTyaAriestya, ia menyampaikan kiatnya bisa menurunkan berat badan dengan cepat.
Namun, cara dietnya itu menimbulkan kontroversi terutama di kalangan ahli gizi. Dalam bukunya, Tya menyampaikan, sayur bisa menghambat penurunan berat badan. Selain itu, ia juga menerapkan diet super rendah kalori yakni di bawah 500 kalori per hari.
"Pada prinsipnya, diet untuk menurunkan berat badan dilakukan dengan mengurangi kalori dari makanan tetapi tetap dengan kandungan gizi seimbang."
Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association, Rita Ramayuli saat dihubungi Jumat (5/3/2021) mengatakan, penurunan berat badan bisa dilakukan dengan melakukan defisit energi dari makanan yang dikonsumsi. Namun, itu harus diatur sehingga tidak boleh mengurangi kalori secara ekstrem.
“Jika kalori yang dikurangi sangat ekstrem, kebutuhan energi basal tidak terpenuhi. Itu dapat membuat organ tubuh yang bertugas mempertahankan fungsi basal metabolisme tubuh bekerja lebih keras. Fungsi ginjal dan hati termasuk yang paling terdampak karena proses absorbsi (penyerapan) meningkat dalam waktu yang singkat. Organ hati juga akan mempercepat kerja pemecahan zat gizi,” tutur dia.
Kondisi tersebut dapat menimbulkan kelelahan pada organ ginjal dan hati karena bekerja melebih batas kemampuannya. Selain, otot pun juga harus merelakan simpanan energi yang dimiliki untuk mempertahankan kebutuhan basal yang diperlukan. Fungsi otot pun akan turut melemah pada waktu tertentu.
Alasan itulah yang perlu dipahami masyarakat bahwa mengurangi konsumsi kalori per hari secara ekstrem hanya sekitar 300-500 kalori per hari menjadi sangat bahaya. Pola diet juga harus memerhatikan keseimbangan komponen dalam tubuh, seperti otot, tulang, lemak, dan air.
Keseimbangan
Apabila menghilangkan salah satu sumber gizi, seperti sayur mayur, berbagai kebutuhan nutrisi untuk mempertahakan keseimbangan komponen tubuh tersebut tidak akan terpenuhi. Sayur mengandung banyak serat serta zat gizi lain seperti kalsium, kalium, dan magnesium. Kandungan tersebut dibutuhkan untuk mendukung kerja pembuluh darah dan otot, serta membentuk kepadatan tulang.
Rita menyampaikan, kebutuhan gizi tersebut tidak bisa digantikan dengan konsumsi suplemen makanan. Konsumsi suplemen yang terlalu banyak justru bisa berbahaya karena zat gizi yang diterima menjadi berlebihan. Tubuh pun berisiko mengalami peradangan.
“Peradangan dapat membuat sistem imun tubuh bekerja lebih berat dan akhirnya berdampak pada penurunan imunitas. Masyarakat harus berhati-hati, terutama di masa pandemi. Sebaiknya jangan mencoba cara diet yang salah yang malah bisa mengganggu kesehatan tubuh yang berdampak pada ketahan kita pada virus, bakteri, dan sebagainya,” katanya.
Konsumsi sayur dan buah juga menjadi penting karena pH (keasaman) basa yang dihasilkan. Tubuh harus bisa menormalkan kandungan pH. Untuk nasi dan lauk, pH yang dihasilkan adalah asam, sementara pada sayur dan buah menghasilkan pH basa.
Apabila seseorang hanya makan nasi dan lauk, pH basa akan dihasilkan dari ginjal, hati, dan paru-paru. Karena itu. Konsumsi sayur dan buah diperlukan untuk menguranhi kerja organ-organ tersebut.
Selain itu, pemahaman lain yang juga perlu dimengerti yakni perlunya mengonsumsi makanan yang beragam. Sebagian orang menilai jika sudah mengonsumsi buah tidak perlu lagi mengonsumsi sayur.
Padahal, konsumsi sayur tetap dibutuhkan. Jika hanya makan buah, porsi yang dibutuhkan akan meningkat.
Namun, konsumsi buah yang berlebihan justru dapat meningkatkan fruktosa yang bisa berubah menjadi gula. Tubuh akan merespons dengan meningkatkan produksi insulin yang jika terjadi dalam waktu lama bisa juga menyebabkan peradangan. Risiko tubuh kekurangan nutrisi mikro yang dibutuhkan juga bisa terjadi.
“Dari beberapa klien saya yang datang dengan masalah ginjal, hati, lambung juga malnutrisi itu karena riwayat masa lalu yang melalukan diet yang salah. Ada yang hanya makan sehari sekali dan ada pula yang hanya makan dengan kandungan hewani saja. Dampak diet yang salah ini dalam jangka panjang bisa lima tahun kemudian,” ujar Rita.
Pada prinsipnya, diet untuk menurunkan berat badan dilakukan dengan mengurangi kalori dari makanan tetapi tetap dengan kandungan gizi seimbang. Kalori yang bisa mulai dikurangi yaitu dari konsumsi lemak jenuh pada minyak, garam, serta gula. Hal lain yang juga penting adalah melakukan kebiasaan itu secara konsisten.
Rita menyontohkan menu harian dari salah satu kliennya yang berhasil menurunkan berat badan sampai 12 kilogram selama lima bulan. Klien tersebut awalnya memiliki berat badan 66 kilogram dengan tinggi 154 cm.
Setidaknya dalam sehari jumlah kalori yang dikonsumsi sekitar 1.000 kalori. Itu didapatkan dari satu butir telur dan satu mangkuk sayur untuk sarapan; kemudian dua porsi buah untuk camilan siang, nasi tiga sendok makan nasi dengan ayam tanpa kulit yang dikukus serta tempe yang dikukus, dengan satu porsi sayur tumis sebagai makan siang.
Di sore hari, menu yang dikonsumsi yakni kentang rebus dengan ayam tanpa kulit yang dikukus, tempe kukus, dan satu porsi sayur yang ditumis. Pada malam hari, susu atau yogurt dengan pisang atau alpukat bisa menjadi alternatif.
“Perlu diingat bahwa diet harus dilakukan sesuai dengan kondisi tubuh seseorang. Kondisi penyerta juga perlu dipertimbangkan. Latihan fisik juga tetap dilakukan untuk menjaga kebugaran tubuh,” tutur dia.
Berbagai dampak yang baik dari diet yang sehat juga telah dirasakan oleh Intan Aprilia (26). Pegawai swasta di Tangerang Selatan ini telah berhasil menurunkan berat badan sampai 22 kilogram dari 86,2 kilogram dalam waktu sembilan bulan.
Dalam sehari setidaknya dia membatasi konsumsi makanan hanya sebatas 800 kalori. Pemilihan menunya pun sebelumnya dikonsultasikan ke ahli gizi terlebih dahulu.
Menurut dia, konsistensi serta perasaan senang menjalani diet menjadi dua hal yang paling penting untuk menunjang program diet yang dijalankannya. Selama diet ini, ia tidak memiliki larangan makanan tertentu. Namun, pemenuhan gizi seimbang dengan kandungan rendah garam, gula, dan lemak yang harus diperhatikan.
“Kesadaran dan kepedulian untuk hidup lebih sehat juga jauh lebih tinggi setelah diet. Padahal, sebelumnya saya termasuk yang sulit mengontrol makan. Diet ini juga tidak selesai sampai berat badan ideal saya terpenuhi tetapi bagaimana saya bisa konsisten menjalankan itu sebagai bagian dari gaya hidup,” kata Intan.
sumber : https://www.kompas.id/baca/kesehatan/2021/03/09/salah-kaprah-diet-menurunkan-berat-badan, akses tgl 04/02/2022.
Post A Comment: