Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa sebagian orang suka makanan manis sedangkan yang lain lebih suka makanan asin? 


Penyebab selera manis dan asin 

Mengutip How Stuff Works, setiap orang mengandung kombinasi gen tertentu yang menentukan bagaimana selera seseorang merasakan rasa. 

Orang yang memilih makanan manis mengandung DNA tertentu dalam reseptor rasa yang ada di usus dan di lidah. Orang yang memiliki lebih banyak rasa cenderung memilih makanan asin. 

Penelitian menunjukkan, bahwa bayi yang lahir prematur dengan kadar natrium rendah bisa jadi tumbuh lebih menginginkan makanan asin. 

Dilansir dari Shape, rasa yang pertama kali seseorang kenali di dalam rahim, seringkali didambakan setelah dewasa. 

DNA bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi rasa yang disukai seseorang. Manusia tumbuh mengasosiasikan makanan dan rasa dengan ingatan masa kecil dan pengalaman makanan tertentu. 

Misal jika orang tua selalu memberi permen ketika masih kecil, seseorang akan mengasosiasikan rasa manis itu dengan kasih sayang. Sehingga seseorang selalu ingat dan menginginkan rasa itu. 

Manis vs asin 

Dikutip dari Living Safer Magazine, ada komponen fisiologis terhadap perilaku mengidam makanan. Preferensi individu dalam memilih makanan lebih mudah diidentifikasi dengan peilihan makanan manis atau asin. 

Makanan manis dan asin memicu respons fisiologis yang mengaktifkan daerah otak yang terkait dengan rangsangan emosional, kognitif, dan kimiawi yang terkait dengan mengidam makanan. 

Makanan manis seperti permen memicu pelepasan dopamin, bahan kimia organik, sedangkan makanan asin memicu pelepasan serotonin, neurotransmiter monoamina. Dopamin maupun serotonin berkaitan dengan peningkatan suasana hati. 

Seiring waktu, tubuh manusia membangun toleransi terhadap makanan yang manis dan asin. Bahkan makanan itu diperlukan untuk mencapai rasa puas. 

Kemudian siklus bermasalah berkembang yang menghasilkan selera yang memperbesar keinginan seseorang untuk makanan manis atau asin. 

Jika seseorang menyukai makanan manis, bisa jadi terkait diet dengan karbohidrat terbatas, makan emosional, atau melewatkan waktu makan. 

Bila tubuh kekurangan bahan bakar yaitu makanan, tubuh akan mulai mendambakan makanan yang mudah dicerna seperti gula atau biji-bijian olahan. 

Jika seseorang lebih menyukai makanan asin, kemungkinan terkait dengan tingkat stres. Sebuah studi pada 2011 menemukan, garam menyebabkan ketagihan dan memengaruhi otak mirip kecanduan rokok atau narkoba. 

Stres dapat berdampak negatif pada kelenjar adrenal yang mengatur kadar natrium dalam tubuh. Ketidakseimbangan kadar natrium dapat menyebabkan seseorang mengidamkan garam.


Penulis : Arum Sutrisni Putri
Editor : Arum Sutrisni Putri
sumber : https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/11/170000969/doyan-asin-atau-manis-ini-rahasia-di-balik-selera-lidah?page=all#page2, akses tgl 17/06/2022.

Axact

PERSAGI Bandung

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment: