Pemberian antibiotik yang tidak tepat berpotensi menurunkan bakteri baik dan memicu resistensi antibiotik yang berbahaya.
Gambar beberapa bakteri yang telah kebal terhadap antibiotik jika dilihat di bawah mikroskop yang telah dimodifikasi. |
Mengobati bayi dengan antibiotik pada minggu pertama setelah kelahiran dikaitkan dengan penurunan bakteri baik di dalam usus. Padahal, sebagian bakteri baik ini diperlukan bayi, antara lain, untuk mencerna susu dan melawan bakteri jahat yang bisa memicu sejumlah penyakit.
Demikian hasil kajian para peneliti dari Universitas Edinburgh dan Birmingham, Rumah Sakit Spaarne, dan Pusat Medis Universitas Utrecht, Belanda, yang dipublikasi di jurnal Nature Communication, Rabu (16/2/2022).
Marta Reyman dari Department of Pediatric, Immunology, and Infectious Diseases, Wilhelmina Children’s Hospital and University Medical Center Utrecht, Belanda, menjadi penulis utama kajian ini.
Berdasarkan pedoman medis saat ini, antibiotik yang diperuntukkan mengobati berbagai bakteri—dikenal sebagai spektrum luas—bisa diresepkan untuk 4-10 persen dari semua bayi baru lahir yang diduga mengalami infeksi. Namun, dalam banyak kasus, antibiotik diresepkan secara tidak perlu karena hanya sebagian kecil bayi yang menerima antibiotik yang benar-benar didiagnosis infeksi.
Klebsiella pneumoniae yang resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga di Indonesia mencapai 70-80 persen. Sumber: The Lancet, 2022 |
Dalam jurnal ini disebutkan, para peneliti melakukan uji klinis yang melibatkan 227 bayi untuk menganalisis bagaimana pemberian antibiotik memengaruhi mikrobioma bayi baru lahir. Sekitar 147 bayi dengan dugaan sepsis menerima satu dari tiga perawatan antibiotik standar. Hasil ini dibandingkan dengan 80 bayi tanpa infeksi yang dicurigai infeksi dan tidak diberi resep antibiotik.
Semua bayi diambil sampel fesesnya yang diambil sebelum dan sesudah perawatan pada usia satu, empat, dan 12 bulan. Sampel dianalisis untuk melihat mikroba yang membentuk mikrobioma yang baru terbentuk dan untuk melihat gen bakteri yang terkait dengan resistensi antimikroba.
Debby Bogaert, Ketua Pediatric Medicine di University of Edinburgh, yang memimpin studi, dalam keterangan yang dirilis Universitas Edinburg pada Jumat (18/2/2022) mengatakan, ”Kami terkejut dengan besarnya dan durasi efek antibiotik spektrum luas pada mikrobioma bayi bila dibandingkan dengan efek antibiotik yang sama pada orang dewasa. Ini kemungkinan karena pengobatan antibiotik diberikan pada saat bayi baru saja menerima mikroba pertama mereka dari ibu mereka dan belum mengembangkan mikrobioma yang tangguh.”
Kajian ini menemukan, bayi baru lahir yang telah diberi antibiotik mengalami penurunan tingkat spesies Bifidobacterium yang signifikan. Ini berbeda dibandingkan bayi yang tidak mendapat pengobatan antibiotik. Mikroba ini membantu mencerna air susu ibu (ASI) dan meningkatkan kesehatan usus sekaligus mendukung pertahanan kekebalan terhadap infeksi.
Tim juga menemukan, pada kelompok bayi yang menerima antibiotik terjadi peningkatan bakteri yang berpotensi menyebabkan penyakit. Jumlah dan kelimpahan bakteri ini terkait dengan resistensi antimikroba.
Meskipun secara bertahap bayi akan pulih dari waktu ke waktu, perubahan pada mikrobioma dan gen resistensi antimikroba bertahan setidaknya selama 12 bulan dan tidak membaik dengan menyusui, yang diketahui membantu meningkatkan sistem kekebalan bayi.
Sangat mengkhawatirkan bahwa setelah terapi antibiotik pada bayi baru lahir, kami mengamati peningkatan yang kuat spesies Klebsiella sp dan Enterococcus sp yang keduanya merupakan patogen penting yang resisten terhadap berbagai obat.
Dari tiga rejimen pengobatan antibiotik yang diuji, kombinasi penisilin dan gentamisin ditemukan memiliki efek paling tidak merugikan pada mikrobioma usus bayi dan jumlah gen resistensi antimikroba yang muncul.
Para peneliti menyimpulkan, kombinasi antibiotik khusus tersebut sebaiknya diresepkan saat mengobati infeksi yang dicurigai pada bayi baru lahir. Marlies van Houten, dokter anak di Rumah Sakit Spaarne, yang terlibat dalam kajian mengatakan, ”Fakta bahwa memulai pengobatan antibiotik tampaknya bertanggung jawab atas kerusakan mikrobioma. Ini menggarisbawahi bahwa kita perlu biomarker atau prediktor biologis yang lebih baik agar lebih akurat menentukan bayi mana yang akan mengalami infeksi sehingga memerlukan antibiotik dan mana yang tidak.”
Sementara Willem van Schaik, profesor mikrobiologi dan infeksi dari Universitas Birmingham, mengatakan, ”Sangat mengkhawatirkan bahwa setelah terapi antibiotik pada bayi baru lahir, kami mengamati peningkatan yang kuat spesies Klebsiella sp dan Enterococcus sp yang keduanya merupakan patogen penting yang resisten terhadap berbagai obat.”
Schaik juga menyarankan untuk lebih berhati-hati memberikan antibiotik kepada bayi baru lahir. ”Perlu ada ruang untuk mengembangkan intervensi baru, seperti bioterapi hidup—pengobatan yang dihasilkan oleh atau melibatkan sel-sel hidup—untuk secara efektif mengembalikan komposisi mikrobioma usus bayi setelah terapi antibiotik,” ujarnya.
Mikrobioma pencernaan diketahui merupakan kumpulan mikroorganisme yang membentuk koloni di usus manusia. Mikroorganisme ini didapatkan dari lingkungan dan memiliki peran penting bagi kesehatan manusia.
sumber : https://www.kompas.id/baca/ilmiah-populer/2022/02/18/pemberian-antibiotik-pada-bayi-baru-lahir-turunkan-mikroba-baik, akses tgl 19/02/2022.
Post A Comment: