Produktivitas kacang hijau dikabarkan cenderung meningkat setelah adanya perbaikan teknologi budidaya dan varietas yang dihasilkan. Untuk itu, perlu ada upaya untuk menggali potensi kacang hijau sebagai komooditi potensial dari aspek gizi hingga ekonominya.
Prof Ali Khomsan, Guru Besar IPB University menyampaikan bahwa kacang hijau merupakan sumber pangan tambahan yang cukup baik terutama dalam mencegah stunting pada balita. Kacang hijau juga baik untuk mencukupi kekurangan gizi pada masa kehamilan dan pertumbuhan pada 1.000 hari pertama kehidupan. Menurut data WHO (World Health Organization) masih terdapat gap antara tinggi remaja ideal dengan angka sesungguhnya. Kemungkinan besar terjadi karena faktor asupan gizi anak Indonesia belum memenuhi standar.
“Proses penurunan status gizi umumnya terjadi saat periode penyapihan atau ketika anak mulai dikenalkan pada makanan saat usia enam bulan. Pemberian ASI (air susu ibu) disarankan minimal enam bulan hingga dua tahun dengan tambahan MP-ASI (makanan pendamping ASI) untuk mencegah defisiensi gizi dan meningkatkan perkembangan otak,” ujar Pakar Gizi IPB University ini.
Menurut dosen di Departemen Gizi Masyarakat IPB University ini, syarat MP-ASI yang baik adalah kaya gizi, bersih dan aman, mudah ditelan, disukai anak, dan mudah diakses. Kacang hijau dinilai memenuhi persyaratan tersebut untuk diberikan kepada anak.
“Pencegahan stunting harus dilakukan sedini mungkin dengan asupan ASI dan makanan tambahan bergizi yang cukup,” imbuhnya dalam Webinar Propaktani bertemakan “Kacang Hijau Komoditi Pangan Potensial” yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian, (11/8/2021).
Menurut data, capaian kecukupan konsumsi pangan untuk komoditi kacang-kacangan masih jauh di bawah komoditi lainnya. Masyarakat perlu meningkatkan konsumsi protein hewani, kacang-kacangan, sayuran, buah dan umbi-umbian dan menurunkan konsumsi beras dan terigu.
Kacang hijau utamanya mengandung serat serta sumber lemak nabati yang berguna bagi mencegah penyakit komorbid seperti jantung dan obesitas.
Keunggulan lainnya, kacang hijau memiliki daya serap yang lumayan tinggi. Kandungannya didominasi oleh lemak tidak jenuh. Kandungan lemak jenuh sifatnya masih lebih baik daripada hewani serta lebih rendah daripada kacang-kacangan yang lain. “Jadi kacang hijau ini tidak perlu ditakuti oleh orang-orang yang sudah terlanjur overweight atau kelebihan berat badan karena lemak pada kacang hijau ini tidak akan membuat kita bertambah gemuk,” ungkapnya.
Kacang hijau juga kaya akan asam amino lisin. Asam amino lisin dalam beras cenderung rendah sehingga masyarakat dapat mengonsumsi kacang hijau sebagai pangan komplementer. Selain kaya gizi, kacang hijau juga memiliki tingkat flatulensi (atau membuat kembung) yang rendah. Kacang hijau juga menjadi makanan tambahan untuk balita yang populer di posyandu.
“Indonesia ada 250.000 posyandu dan bila masing-masing posyandu menyediakan (kacang hijau) satu kilo maka dalam satu tahun, menurut perhitungan saya, ada demand 250.000 ton kacang hijau yang berasal dari posyandu saja kalau rutin menyediakan kacang hijau,” jelasnya.
Menurutnya, penelitian mengungkapkan bahwa kacang hijau sebagai ready-to-use therapeutic food untuk perbaikan gizi lebih disukai oleh balita dibandingkan kacang tanah dan tempe. Sehingga menjadikan kacang hijau sangat cocok untuk diberikan pada anak-anak bergizi buruk. Bubur kacang hijau juga dikenal dapat memperbaiki berat badan anak.
“Intinya, kacang hijau sebagai makanan tambahan dan snack yang disukai anak-anak sangat berpotensi untuk memperbaiki status gizi anak-anak Indonesia,” tutupnya dalam rilis IPB University. [] Hari
sumber : https://bogor-kita.com/ahli-gizi-ipb-university-kacang-hijau-mp-asi-yang-baik-untuk-cegah-stunting/, akses tgl 04/01/2021.
Post A Comment: