Wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska, melihat bagaimana ibu-ibu di Dusun Mendira dan peneliti Hayu Dyah Patria memanfaatkan tanaman liar -yang kadang dibuang atau dijadikan makanan jangkrik- untuk dijadikan masakan bernutrisi di meja makan.
![]() |
Nettle Frittata, semacam omlet yang dibuat dari daun sintrong, jelatang, dan pacul gowang. |
Jelatang biasanya hanya dibuang karena dianggap hama. Duri-durinya yang tajam membuat perih jika tersentuh kulit. Namun daunnya, terutama di bagian pucuk, bisa dimanfaatkan karena memiliki banyak nutrisi.
Jelatang mengandung kalsium tinggi untuk tulang dan gigi, juga kaya Vitamin A, C, dan D, menurut peneliti tanaman liar Hayu Dyah Patria.
![]() |
Purslane Pancake, panekuk dengan bahan baku daun krokot. |
Krokot, tumbuh liar di desa dan biasa digunakan untuk makanan ayam atau jangkrik. Di kota besar macam Jakarta, krokot juga banyak ditemukan di sela-sela trotoar yang diinjak-injak pejalan kaki.
Namun Hayu mengatakan krokot kaya dengan vitamin C dan A. "Terutama, mengandung asam lemak omega 3 yang bagus untuk jantung, juga untuk anak-anak yang punya keterbelakangan mental," katanya.
![]() |
Sambai dari Aceh, semacam urap yang dipadukan dengan daun pegagan dan beluntas. |
Hingga saat ini, Hayu dan lembaga nirlaba yang didirikannya, Mantasa, telah mencatat lebih dari 400 jenis tanaman liar yang bisa dimakan, tetapi tidak semuanya dimanfaatkan karena sudah jarang ditemukan.
Sedangkan yang sudah diteliti kandungan nutrisinya ada sekitar 10 jenis makanan, seperti sintrong, rukem, dan sembukan, beberapa di antaranya masih dikonsumsi tetapi sudah mulai ditinggalkan.
sumber : https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/05/160519_trensosial_resep_dusun_mendira, akses tgl 17/08/2022.
Post A Comment: